Senin, 08 April 2013

CERPEN

MINNI YANG MALANG


Judul   :          MINNI YANG MALANG
Cast     :          Minni, Uno, Unsu, Jeje & Ucun
Author:          Fitria SiwonELFCassiopeiaSiwonestChangminizerSparkyu

Anyeonghaseo!!!!*bungkuk 900 ala orang Korea* apa kabar semua??? Ketemu lagi sama saya yang kece, cantik, pintar, imut diseluruh jagat raya, dibelahan dunia dan akhirat hehehe… kali ini saya nulis Cerpen yang dibuat dengan hati yang tulus, setulus cinta Saya kepada Reader’s :D dengan judul ‘MINNI  YANG MALANG’. Cerpen ini dibuat pada saat saya latihan untuk lomba FL2SN di Jatisari (walaupun kagak menang) dari pada nunggu lama-lama lebih baik langsung aja dibaca cerpenya Ayooo serbuuuu!!!!! 

 _____________________________



                Aku adalah Minni. Salah satu dari sahabat Uno, Unsu, Jeje dan Ucun. Kami sahabat yang sangat dekat. Kami bersahabat sudah 3 tahun lamanya. Suatu ketika persahabatan kami pecah karena sesuatu yang tak bisa aku ceritakan. Kami terpisah menjadi dua bagian, aku dan Uno bersama dan tinggal di Apartemen yang dulu pernah ditempati kami berlima. Sementara Unsu, Jeje dan Ucun mereka entah kemana tanpa meninggalkan pesan. Memang sejak SMA aku sudah hidup mandiri bersama Ucok ma’lum kami semua laki-laki jadi ingin hidup menyendiri jauh dari Orang tua.

            Saat aku sedang berjalan di taman dekat Apartemen untuk menghirup udara segar, ku melihat Uno sedang duduk termenung. Saat aku ingin berjalan kearah Uno, Uno berdiri dari duduknya dan memangil seseorang “No!!”, sontak Aku menoleh kearah apa yang dilihat LiUnoan, ternyata itu Unsu yang sedang berjalan santai, menikmati indahnya Susana di sore hari.

“Unsu.! Unsu!!”, kata Uno yang berlari dan mengejar Unsu.
“…”, tak ada respon dari Unsu.
“Unsu, tunggu!”,  kata Uno sambil memegang pundak Unsu.
“Huuhh..huuhh..”, deru nafas Uno yang tersengal-sengal setelah mengejar Unsu.
“Unsu..!!”, kata Uno seraya tersenyum.

Namun Unsu hanya diam 1000 bahasa. Tak berapa lama tangan Unsu naik ke pundakknya, yang terdapat tangan Uno, lalu menghempaskannya dengan kasar. Lalu berbalik menghadap Uno, tapi ekspresinya datar, seperti tak mengharapkan kedatangan Uno. Seketika Aku terpaku melihat kejadian itu dan mengurungkan niatku untuk menemui Uno.

“Unsu, dimana Jeje dan Ucun??”, kata Uno masih dengan tersenyum.

Tapi lagi-lagi Aku melihat Unsu hanya diam tak menjawab pertanyaan Uno. Malah Unsu pergi meniggalkan Uno yang masih terpaku tanpa sepatah katapun. “Unsu..Unsuuu..Unsuu.!!!”, Unsu terus melenggang pergi tanpa memerdulikan Uno. Aku masih terpaku melihat sahabat-sahabatku seperti itu. Aku pun pergi untuk menenangkan taman yang membuat hatiku galau. Aku pulan ke apartemenku untuk mendinginkan hatiku. Tanpa sepengetahuanku Uno juga pergi meninggalkan taman itu.

Sesampainya di Apartemen akupun masuk, tiba-tiba perutku terasa nyeri.

 ‘Kruyuk..kruyuk’, Aku memegangi perutku yang sakit
“Aww..”, kataku meringis kesakitan.
“Ahhhkk…”, lagi-lagi aku meggerang kesakitan. Tubuhku gemetar dan dibanjiri kringat dingin.

            Aku memasuki kamar walau dengan tubuh yang tidak baik, Akupun tak lupa mengunci pintu kamar. Aku lupa apakah aku sudah menutup pintu apartemen? Entahlah yang aku fikirkan hanyalah sakit yang melanda perutku.  Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang berukuran king size dan empuk. Tak lama terdengar bunyi seseorang yang mengetik pasword lalu ‘Ting’ seseorang yang kuyakini Uno itu berhasil masuk. Aku mengambil segelas air putih yang ada disamping nakas tempat tidurku. Mungkin dengan meneguk air, tubuhku akan sedikit membaik. Namun tubuhku berkata lain, tanganku masih bergetar hebat, tubuhku menegang, kepalaku pusing sehingga gelas yang aku pegang terjatuh kelantai. Kemudian ada suara yang menggedor-gedor pintu kamarku, namun aku tak meresponnya karena sibuk dengan tubuhku yang sakit.

            Aku tak seharusnya mengunci pintu kamar, karena dengan begitu tak ada yang bisa menolongku. Aku merutuki kebodohanku sendiri. 

“Min..Minni..!!”, terdengar nada panik dari suara Uno. Namun lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa-apa.
“Min..Minni buka pintunya!!”, Uno kembali menggedor-gedor. 

Mungkin karena tak ada respon dariku, Uno mendobrak pintu kamar dan muncullah sosok tinggi tegap lalu menghampiriku yang sedang meringis memegangi perut untuk menahan rasa sakit.

Sakit yang melanda perutku semakin menjadi-jadi. Uno yang melihat itu lalu menggenggam tanganku, layaknya seorang kakak yang khawatir kepada adiknya.
“Min, kamu kenap??”. Kata Uno yang hawatir.
“Unn, saaakiiitt…!”, kataku terbata-bata.
“Dimana yang sakit Min?”
“aaarrgghh…..sakiiittt!!”, triakku.
“Dimana minn?? Dimana yang sakit??”
“Unn, tooloong kaaabuuulkaan perrmiinttaan teeerakkhirku!”, kataku memohon sambil memegang tangn Uno.
“Tolong jangan seperti ini Minn”, kata Lian sambil meggelengkan kepalanya.
“Tapii tooloong kaaabuuulkaan Unn..”, kataku dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Tooolooong caaariikaan Unsuu, Jeeejee dan Ucuun”, lanjutku.
“Baik kalo itu maumu Min. Aku akan mencari Unsu, Jeje dan Ucun, tolong tunggu sebentar!”,
Aku menganggukan kepala. Setelah itu sosok tinggi tegap yang menuruti permintaanku pergi dan menghilang dari balik pintu.

            Setelah 15 menit menungu dengan keadaan yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata akhirnya Uno  kembali lalu duduk disamping tempat tidurku. Aku bertanya-tanya dimana Unsu dan yang lainnya. Tak lama muncullah sosok yang aku tunggu-tunggu. Diawali Ucun kemudian Jeje dan yang terakhir tentu saja Unsu. Tersirat rasa khawatir dari wajah mereka. Aku tersenyum melihatnya. Lalu mereka duduk diantara diriku yang terbaring lemah.

“Minni kamu kenapa??”, terbesit nada khawatir dari suara Ucun.
“Minni, kamu jangan sakit! Jeje akan masakin apa aja yang Minni mau. Asalkan Minni jangan sakit”, memang diantara kami berlima Jeje lah yang pintar memasak.
“Iya, jangan sperti ini Minn. Nanti aku belikan cemilan yang kamu suka”, kata Unsu. Aku melihat Unsu sudah tidak marah lagi dan malah menghawatirkannku.

Akupun tersenyum mendengar kekhawatiran mereka terhadapku, aku menarik nafas panjang lalu berbicara seperti ini. “Tolong jangan seperti ini, Persahabatan kita jangan sampai terpecah seperti guci pecah yang tak bisa di bentuk lagi. Kasihan Uno, hamper setiap pagi Uno selalu memasak untukku dan dirinya sendiri. Walaupun masakannya tak selezat masakan yang dibuat Jeje. Tapi lihatlah tangganya terkena pisau saat memotong bawang”, Kataku sambil tertawa garing dan dengan nada yang memelas.

“Ya, persahabatan kita tidak akan pecah. Asaalkan kamu bisa bertahan”, kata Uno sambil melihat kearah Unsu, Jeje dan Ucun. Merekapun mengagguk setuju.

Aku kembali tersenyum mendengarnya, lalu Jeje berbicara kepada Uno. “Kita bawa Minni ke rumah sakit “, takperlu menunggu lama aku di papah Unsu dan Ucun, sementara Jeje membereskan barang-barangku yang akan dibawa ke rumah sakit. Uno menyambar kunci mobil Audy hitamnya lalu Uno berlari membukakan pintu kamar dan kembali lari menuju parkiran mobil yang ada di bawah apartemen. Setelah itu aku masuk kedalam lift untuk turun aku tak henti-hentinya menggerang kesakitan setelah menuggu beberapa lama akhirnya liftpun terbuka dan bertenggerlah mobil audy hitam milik Uno yang sudah terbuka mempersilahkanku masuk.

            Didalam Mobil Unsu dan Jeje mengapitku, Unsu menggenggam tanganku dan Jeje tak henti-hentinya menagis. Uno sibuk menyetir mobil dengan kecepatan tinggi, untungnya jalan yang dilalui mobil kami sepi, jadi Uno lebih leluasa mengendara mobilnya. Ucun mengajakku berbicara agar aku tidak pingsan. Dalam hati aku tersenyum melihat sahabat-sahabatku masih memperdulikanku. Akupun memandangi mereka satu persatu, setelah puas memandangi mereka. Awalnya aku ingin mengucapkan kata-kata terakhir namun sebelum aku mengucapkanya namun semuanya berubah menjadi gelap.
--
--
            Sesampainya dirumah sakit aku sudh tak sadarkan diri, kepalaku bersandar di bahu Jeje yang notabennya lebih pendek dariku dan tangannku masih megepal tangan Unsu namun sekarang sudah melongar. Mereka shock melihatku yang tak sadarkan dan menggoncang-goncangkan tubuhku. Mereka memanggil suster lalu membopongku dan meletakan tubuhku diatas di matras tipis tempat membawa orang yang sedang sakit.
--
--
--
--
--

Haduuuhh… perutku kenyang sekali (sambil memakan cemilan)
”Makasihya Jeje dan Unsu kau sudah menepati janjimu”, kataku dengan mulut yang dipenuhi makanan. Perutku kali ini memang benar-benar kenyang setelah mendapat makanan dari Jeje dan Unsu.
“Aku kira kamu terkena penyakit parah!”, kata Uno dengan wajah cemberut.
“Iya nih!, aku kira Minni kena kangker perut”, kata Jeje yang diikuti anggukan dari Unsu dan Ucun.

Aku hanya nyengir kuda dan dilanjutkan dengan tawa geli mendengar itu, memang awalnya aku juga mengira aku terkena kangker perut, tapi untungnya hanya maaghku yang kambuh. Tapi dari semua ini aku mengambil kesimpulan bahwa guci yang pecah juga bisa dirangkai kembali dengancara mengelemnya dengan lemperekat, asalkan bagian yang pecah itu tak hilang. Sama seperti persahabatan bisa dirangkai kembali malau sudah berantakan asalkan saling terbuka dan tak menutupi kebohongan.

Berkat maaghku yang kambu persahabatanku, tidak maksudku Aku, Uno, Unsu, Jeje dan Ucun bisa bersatu seperti dulu lagi..

                                                            TRIMA KASIH MAAGH…!!!!


_-_THEEND_-_


P.S : huweeaah perjuangan akhirnya kelar. Bagaimana? Anehkan? Maksakan?kepanjangankah? Iya tahu. Maaf kalau cerpen ini mengecewakan! T.T . dan buat yang nunggu cerpen My Love, My Heart ma’af ya :D. sekali lagi terimakasih. MOHON SARAN DAN KRITIKNYA! SAMPAI JUMPA LAGI!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar