Sabtu, 27 April 2013

PUISI


 Puisi ini ku persembahkan untuk seseorang yang tak mungkin kudapatkan



Awal pertemuan ku dengan mu tak ada sedikitpun rasa yang hinggap dihatiku
Namun hingga berjalannya waktu,
Aku menemukan titik dimana aku mulai menyukaimu,
Entah dari sikap, perkataan, maupun perbuatanmu.
Yang menurutku berbeda dari laki-laki yang kutemui sebelum kubertemu denganmu.
Saat kau tersenyum itulah penyemangat untukku
Saat kau tertawa lepas disampingku itulah dimana aku bangkit dari keterpurukanku,
Saat melihatmu terdiam menagis ingin sekali aku berada disampingmu menghapus air matamu, Meminjamkan pundakku untuk tempat bersandarmu
Mungkin itu adalah sebuah hayalan semataku.
Hingga dada ini sesak menahan semua itu.
Saat aku ingin mengatakan perasaan ini kepadamu
Aku melawan gengsiku sebagai perempuan hanya karena dirimu
Tapi saat aku ingin mengatakannya,  aku mendengar dari mulutmu sendiri bahwa kau telah memiliki seseorang disampingmu,
Hatiku seperti  tersayat pisau yang sangat tajam dan kau mencabutnya begitu saja, tanpa memperdulikan  perasaanku.
Lagi-lagi aku melihatmu tertawa dan tersenyum karnanya, bukan karnaku.
Disaat itu juga aku sadar, kau lebih senang bersamanya dibandingkan denganku yang sudah lama memendam perasan yang sangat sangat menyakitkan bagiku.
Mungkin kau lebih bahagia bersamnya dibanding dengan diriku.

Terima kasih untuk semuanya.
Untuk senyum ini, tawa ini, dan untuk tangis ini.

Terima kasih kau sudah member warna yang sangat indah bagiku, walau bagi orang lain ini sangat menyakitkan tapi bagiku melihatmu tersenyum sudah cukup membuatku bahagia.

Terima kasih Kau adalah cinta pertamaku dan kau juga orang pertama menyakiti hatiku. :’(

Senin, 08 April 2013

CERPEN

MINNI YANG MALANG


Judul   :          MINNI YANG MALANG
Cast     :          Minni, Uno, Unsu, Jeje & Ucun
Author:          Fitria SiwonELFCassiopeiaSiwonestChangminizerSparkyu

Anyeonghaseo!!!!*bungkuk 900 ala orang Korea* apa kabar semua??? Ketemu lagi sama saya yang kece, cantik, pintar, imut diseluruh jagat raya, dibelahan dunia dan akhirat hehehe… kali ini saya nulis Cerpen yang dibuat dengan hati yang tulus, setulus cinta Saya kepada Reader’s :D dengan judul ‘MINNI  YANG MALANG’. Cerpen ini dibuat pada saat saya latihan untuk lomba FL2SN di Jatisari (walaupun kagak menang) dari pada nunggu lama-lama lebih baik langsung aja dibaca cerpenya Ayooo serbuuuu!!!!! 

 _____________________________



                Aku adalah Minni. Salah satu dari sahabat Uno, Unsu, Jeje dan Ucun. Kami sahabat yang sangat dekat. Kami bersahabat sudah 3 tahun lamanya. Suatu ketika persahabatan kami pecah karena sesuatu yang tak bisa aku ceritakan. Kami terpisah menjadi dua bagian, aku dan Uno bersama dan tinggal di Apartemen yang dulu pernah ditempati kami berlima. Sementara Unsu, Jeje dan Ucun mereka entah kemana tanpa meninggalkan pesan. Memang sejak SMA aku sudah hidup mandiri bersama Ucok ma’lum kami semua laki-laki jadi ingin hidup menyendiri jauh dari Orang tua.

            Saat aku sedang berjalan di taman dekat Apartemen untuk menghirup udara segar, ku melihat Uno sedang duduk termenung. Saat aku ingin berjalan kearah Uno, Uno berdiri dari duduknya dan memangil seseorang “No!!”, sontak Aku menoleh kearah apa yang dilihat LiUnoan, ternyata itu Unsu yang sedang berjalan santai, menikmati indahnya Susana di sore hari.

“Unsu.! Unsu!!”, kata Uno yang berlari dan mengejar Unsu.
“…”, tak ada respon dari Unsu.
“Unsu, tunggu!”,  kata Uno sambil memegang pundak Unsu.
“Huuhh..huuhh..”, deru nafas Uno yang tersengal-sengal setelah mengejar Unsu.
“Unsu..!!”, kata Uno seraya tersenyum.

Namun Unsu hanya diam 1000 bahasa. Tak berapa lama tangan Unsu naik ke pundakknya, yang terdapat tangan Uno, lalu menghempaskannya dengan kasar. Lalu berbalik menghadap Uno, tapi ekspresinya datar, seperti tak mengharapkan kedatangan Uno. Seketika Aku terpaku melihat kejadian itu dan mengurungkan niatku untuk menemui Uno.

“Unsu, dimana Jeje dan Ucun??”, kata Uno masih dengan tersenyum.

Tapi lagi-lagi Aku melihat Unsu hanya diam tak menjawab pertanyaan Uno. Malah Unsu pergi meniggalkan Uno yang masih terpaku tanpa sepatah katapun. “Unsu..Unsuuu..Unsuu.!!!”, Unsu terus melenggang pergi tanpa memerdulikan Uno. Aku masih terpaku melihat sahabat-sahabatku seperti itu. Aku pun pergi untuk menenangkan taman yang membuat hatiku galau. Aku pulan ke apartemenku untuk mendinginkan hatiku. Tanpa sepengetahuanku Uno juga pergi meninggalkan taman itu.

Sesampainya di Apartemen akupun masuk, tiba-tiba perutku terasa nyeri.

 ‘Kruyuk..kruyuk’, Aku memegangi perutku yang sakit
“Aww..”, kataku meringis kesakitan.
“Ahhhkk…”, lagi-lagi aku meggerang kesakitan. Tubuhku gemetar dan dibanjiri kringat dingin.

            Aku memasuki kamar walau dengan tubuh yang tidak baik, Akupun tak lupa mengunci pintu kamar. Aku lupa apakah aku sudah menutup pintu apartemen? Entahlah yang aku fikirkan hanyalah sakit yang melanda perutku.  Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang berukuran king size dan empuk. Tak lama terdengar bunyi seseorang yang mengetik pasword lalu ‘Ting’ seseorang yang kuyakini Uno itu berhasil masuk. Aku mengambil segelas air putih yang ada disamping nakas tempat tidurku. Mungkin dengan meneguk air, tubuhku akan sedikit membaik. Namun tubuhku berkata lain, tanganku masih bergetar hebat, tubuhku menegang, kepalaku pusing sehingga gelas yang aku pegang terjatuh kelantai. Kemudian ada suara yang menggedor-gedor pintu kamarku, namun aku tak meresponnya karena sibuk dengan tubuhku yang sakit.

            Aku tak seharusnya mengunci pintu kamar, karena dengan begitu tak ada yang bisa menolongku. Aku merutuki kebodohanku sendiri. 

“Min..Minni..!!”, terdengar nada panik dari suara Uno. Namun lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa-apa.
“Min..Minni buka pintunya!!”, Uno kembali menggedor-gedor. 

Mungkin karena tak ada respon dariku, Uno mendobrak pintu kamar dan muncullah sosok tinggi tegap lalu menghampiriku yang sedang meringis memegangi perut untuk menahan rasa sakit.

Sakit yang melanda perutku semakin menjadi-jadi. Uno yang melihat itu lalu menggenggam tanganku, layaknya seorang kakak yang khawatir kepada adiknya.
“Min, kamu kenap??”. Kata Uno yang hawatir.
“Unn, saaakiiitt…!”, kataku terbata-bata.
“Dimana yang sakit Min?”
“aaarrgghh…..sakiiittt!!”, triakku.
“Dimana minn?? Dimana yang sakit??”
“Unn, tooloong kaaabuuulkaan perrmiinttaan teeerakkhirku!”, kataku memohon sambil memegang tangn Uno.
“Tolong jangan seperti ini Minn”, kata Lian sambil meggelengkan kepalanya.
“Tapii tooloong kaaabuuulkaan Unn..”, kataku dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Tooolooong caaariikaan Unsuu, Jeeejee dan Ucuun”, lanjutku.
“Baik kalo itu maumu Min. Aku akan mencari Unsu, Jeje dan Ucun, tolong tunggu sebentar!”,
Aku menganggukan kepala. Setelah itu sosok tinggi tegap yang menuruti permintaanku pergi dan menghilang dari balik pintu.

            Setelah 15 menit menungu dengan keadaan yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata akhirnya Uno  kembali lalu duduk disamping tempat tidurku. Aku bertanya-tanya dimana Unsu dan yang lainnya. Tak lama muncullah sosok yang aku tunggu-tunggu. Diawali Ucun kemudian Jeje dan yang terakhir tentu saja Unsu. Tersirat rasa khawatir dari wajah mereka. Aku tersenyum melihatnya. Lalu mereka duduk diantara diriku yang terbaring lemah.

“Minni kamu kenapa??”, terbesit nada khawatir dari suara Ucun.
“Minni, kamu jangan sakit! Jeje akan masakin apa aja yang Minni mau. Asalkan Minni jangan sakit”, memang diantara kami berlima Jeje lah yang pintar memasak.
“Iya, jangan sperti ini Minn. Nanti aku belikan cemilan yang kamu suka”, kata Unsu. Aku melihat Unsu sudah tidak marah lagi dan malah menghawatirkannku.

Akupun tersenyum mendengar kekhawatiran mereka terhadapku, aku menarik nafas panjang lalu berbicara seperti ini. “Tolong jangan seperti ini, Persahabatan kita jangan sampai terpecah seperti guci pecah yang tak bisa di bentuk lagi. Kasihan Uno, hamper setiap pagi Uno selalu memasak untukku dan dirinya sendiri. Walaupun masakannya tak selezat masakan yang dibuat Jeje. Tapi lihatlah tangganya terkena pisau saat memotong bawang”, Kataku sambil tertawa garing dan dengan nada yang memelas.

“Ya, persahabatan kita tidak akan pecah. Asaalkan kamu bisa bertahan”, kata Uno sambil melihat kearah Unsu, Jeje dan Ucun. Merekapun mengagguk setuju.

Aku kembali tersenyum mendengarnya, lalu Jeje berbicara kepada Uno. “Kita bawa Minni ke rumah sakit “, takperlu menunggu lama aku di papah Unsu dan Ucun, sementara Jeje membereskan barang-barangku yang akan dibawa ke rumah sakit. Uno menyambar kunci mobil Audy hitamnya lalu Uno berlari membukakan pintu kamar dan kembali lari menuju parkiran mobil yang ada di bawah apartemen. Setelah itu aku masuk kedalam lift untuk turun aku tak henti-hentinya menggerang kesakitan setelah menuggu beberapa lama akhirnya liftpun terbuka dan bertenggerlah mobil audy hitam milik Uno yang sudah terbuka mempersilahkanku masuk.

            Didalam Mobil Unsu dan Jeje mengapitku, Unsu menggenggam tanganku dan Jeje tak henti-hentinya menagis. Uno sibuk menyetir mobil dengan kecepatan tinggi, untungnya jalan yang dilalui mobil kami sepi, jadi Uno lebih leluasa mengendara mobilnya. Ucun mengajakku berbicara agar aku tidak pingsan. Dalam hati aku tersenyum melihat sahabat-sahabatku masih memperdulikanku. Akupun memandangi mereka satu persatu, setelah puas memandangi mereka. Awalnya aku ingin mengucapkan kata-kata terakhir namun sebelum aku mengucapkanya namun semuanya berubah menjadi gelap.
--
--
            Sesampainya dirumah sakit aku sudh tak sadarkan diri, kepalaku bersandar di bahu Jeje yang notabennya lebih pendek dariku dan tangannku masih megepal tangan Unsu namun sekarang sudah melongar. Mereka shock melihatku yang tak sadarkan dan menggoncang-goncangkan tubuhku. Mereka memanggil suster lalu membopongku dan meletakan tubuhku diatas di matras tipis tempat membawa orang yang sedang sakit.
--
--
--
--
--

Haduuuhh… perutku kenyang sekali (sambil memakan cemilan)
”Makasihya Jeje dan Unsu kau sudah menepati janjimu”, kataku dengan mulut yang dipenuhi makanan. Perutku kali ini memang benar-benar kenyang setelah mendapat makanan dari Jeje dan Unsu.
“Aku kira kamu terkena penyakit parah!”, kata Uno dengan wajah cemberut.
“Iya nih!, aku kira Minni kena kangker perut”, kata Jeje yang diikuti anggukan dari Unsu dan Ucun.

Aku hanya nyengir kuda dan dilanjutkan dengan tawa geli mendengar itu, memang awalnya aku juga mengira aku terkena kangker perut, tapi untungnya hanya maaghku yang kambuh. Tapi dari semua ini aku mengambil kesimpulan bahwa guci yang pecah juga bisa dirangkai kembali dengancara mengelemnya dengan lemperekat, asalkan bagian yang pecah itu tak hilang. Sama seperti persahabatan bisa dirangkai kembali malau sudah berantakan asalkan saling terbuka dan tak menutupi kebohongan.

Berkat maaghku yang kambu persahabatanku, tidak maksudku Aku, Uno, Unsu, Jeje dan Ucun bisa bersatu seperti dulu lagi..

                                                            TRIMA KASIH MAAGH…!!!!


_-_THEEND_-_


P.S : huweeaah perjuangan akhirnya kelar. Bagaimana? Anehkan? Maksakan?kepanjangankah? Iya tahu. Maaf kalau cerpen ini mengecewakan! T.T . dan buat yang nunggu cerpen My Love, My Heart ma’af ya :D. sekali lagi terimakasih. MOHON SARAN DAN KRITIKNYA! SAMPAI JUMPA LAGI!!
Ohh..Ola..Ohh
 
Judul   :          Ohh..Ola..Ohh
Cast     :          Aku, Ola & other Cast
Author:          Fitria SiwonELFCassiopeiaSiwonestChangminizerSparkyu





Aku dan Sabila adalah sahabat baik. Sabila yang biasa aku panggil Ola itu bersahabat sejak TK hingga sekarang, walupun Ola dan Aku terpisah dengan jarak yang cukup jauh, karena Ola Belajar di Pondok Pesantren tepatnya di Kuningan dan Aku belajar di Karawang. Tapi persahabatan Aku dan Ola tetap berjalan dengan baik. 

Bulan demi bulan, tahun demi tahun kami lalui bersama, walau dengan jarak yang cukup jauh, kami selalu berkomunikasi entah melalui pesan singkat ataupun dengan memanfaatkan teknologi zaman sekarang seperti Facebook maupun Twitter. Setiap liburan sekolah, Ola menyempatkan diri untuk mengunjungiku. Entah itu untuk curhat, pengalaman di sekolah ataupun hanya untuk mengobrol.
Sudah beberapa bulan ini Aku putus kontak dengan Ola. Sudah 2 semester pula Ola tak pulang kekampung halamanya untuk menemui diriku yang sudah merindukannya bagaikan pungguk merindukan Bulan. 

Saat awal bulan November. Aku selalu bahagia dibulan ini, karena sahabat ku Ola  berulang tahun tanggal 01 November. Tapi aku bingung, Aku akan mengucapkan selamat melaui apa? Lewat SMS tidak mungkin, karena Ola di Asrama. Lewat Facebook atau Twitter tidak memungkinkan juga, karena aku jarang sekali kewarnet. Aku hanya bisa meratapi nasib. Aku ingat saat Sekolah Dasar dulu, Aku dan teman-teman pernah mengerjai Ola pada saat ulang tahunya, Ola disiram air oleh kami, tubuhnya basah kuyup. Hingga Ola Tidak bisa mengikuti pelajaran, karena tidak mungkin dengan keadaan yang basah seperti itu bisa mengikuti pelajaran. Aku merasa bersalah saat Ola dijemur dibawah sinar matahari yang bisa membakar kulitnya yang putih mulus, karena ulah kami semua. Tapi Ola hanya tersenyum manis, dan seraya mengatakan ‘Tidak apa-apa!’
Sudah 18 hari setelah ulang tahun Ola. Setelah bangun tidur, Aku mendegar kabar buruk tentang Ola. Banyak pesan masuk di Hp ku yang mengatakan bahwa sahabatku SABILA HAMIDA  atau yang biasa aku panggil Ola dipanggil oleh Allah Swt. Jujur Aku tidak percaya degan semua itu, karena pertemuan terakhirku Ola terelihat baik-baik saja dan tubuhnya pun berisi. Aku sangat Shock saat membaca pesan itu, tak lama setelah Aku memmbaca pesan itu, Aku mendengar pengumuman di Mushola dekat rumahku.
“INNALILLAHI WAINNAILAYHI RAAJIUWNA.. Telah berpulang kerahmatullah  ananda SABILA HAMIDA BINTI H.ATO pda pagi hari ini, semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT.”
Setelah mendengar pengumuman itu Aku langsung menagis histris, karena sahabat yang paling aku sayangi, kini telah pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. aku lagsung bergegas mandi dan lagsung memberi tahu teman-teman dan sahabatku yang lain untuk berTa’jiyah. Kami pun pergi beramai-ramai untuk meliht Ola untuk yang terakhir kalinya. tapi sayang jenazah Ola belum tiba dirumah duka. Aku mendengar pembicaraan orang, katanya Ola meninggal di Asrama dan jenazahnya sedang disholati.

Aku menunggu degan cemas kedatangan jenazah Ola, aku masih tak percaya jika sahabat yang paling aku sayangi itu, sudah pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku tak henti2nya menjatuhkan air mata, saat  teringat masa-masa indah bersamanya, dan setelah melihat foto-foto ku bersamanya dulu. ”Hanya foto ini yang bisa aku lihat, karena pada hari yang  memilukan ini, adalah hari terakhir aku melihat wjahmu”.

Setelah menunggu hampir 3 jam akhirnya jenazah Ola pun tiba dirumah duka. Aku tak bias menahan bendungan air mata ini. Aku hanya bisa menagis dan menagis, ku tak bisa berbuat apa2 lgi. Akupun masuk kedalam rumah duka yang dimasuki orang banyak yang ingin melihat jenazah sahabatku ini. Aku ingin cepat-cepat melihat raut wajahnya. Sesampai didepan jenazah Ola sahabatku, Aku menagis tak bisa berkata apa-apa lagi. Aku melihat bibirnya yg dulu tersenyum dan mengucapkan kata-kata bijak untuk ku, tapi sekarang kelu tak bisa mengucapkn apa-apa. Melihat mata yang dulu menagis karen ku, kini haya terpejam untuk selama lamanya. tanganya yang dulu menghapus air mataku dikala Aku sedih, sekarang hanya diam tak bisa berbuat apa-apa.
Aku baru tau kalau Ola mempunyai penyakit. Sebelum keranda yang berisi jasat Ola berangkat kepemakaman, Ketua Yayasan PomPres itu bercerita kalau Ola pingsan saat mengikuti Olahraga. Aku tak bisa berbuat apa-apa, walau pun aku menangis hingga mengeluarkan darah sekalipun, tak akan bisa membagunkan tubuh Ola yang sudah terbujur kaku tak bernyawa. “Tangis pilu yang mengantarkan kepergianmu, seakan langitpun menagis atas kepergian shabat yang sangat-sangat aku sayang”.
 Aku mengantar Kepergian Ola menuju tempat peristirahatan terakhir. Aku hanya bisa menagis meratapi kepergian Ola. Aku pun bertanya pada Tuhan mengapa sahabat yang paling aku sayangi pergi secepat ini? Sekian detik aku terdiyam dan menemukan jawabannya. Mungkin karena Allah sangat menyayangi sahabatku. Seandainya waktu bisa kembli berputar aku akan menghabiskan waktuku untuk besama sahabatku dan aku tak akan membuatnya menangis lagi karena kesalahnku. Walau itu hanyalah keinginanku semata.



Aku tak akan melupakan senyum manis yg terukir d’wajahmu..
Aku harus mengiklaskan kepergianmu, walau hatiku takkan mampu untuk menghadapi semua tanpa kehadiran dirimu..
Tanggal 18 november 2012 adalah hari yang dipenuhi air mata, karena kepergian sahabatku SABILA HAMIDA.
Tunggu kami dipintu surga nanti …!!!!
SELAMAT JALAN SOBAT, SEMOGA KAU TENANG DIALAM SANA..!!
..SABILA HAMIDA..
Kau adalah sahabat terbaik dalam hidupku untuk selama-lamnya..!!

The_End


P.S : Bagaimana? Anehkan? Maksakan? Iya tahu. Maaf kalau cerpen ini mengecewakan! T.T . dan aku cuma mau ngasih tau kalo Cerpen ini dibuat dari kisah nyata Aku dan Sahabatku Sabila. sekali lagi terimakasih. MOHON SARAN DAN KRITIKNYA!